Jumat, 12 September 2014

KISAH NABI UZAIR YANG ALLAH TIDURKAN SELAMA 100 TAHUN

Dikisahkan tentang seorang nabi dari kalangan Bani Israil bernama Uzair tengah berjalan dengan mengendarai kudanya. Setelah berjalan jauh, tiba-tiba dia tersesat ke suatu perkampungan yang porak-poranda setelah dihancurkan oleh sekelompok tentara. Di perkampungan itu, dia melihat kehancuran yang luar biasa, bangkai manusia berserakan di mana-mana serta tulang-belulang manusia bertebaran di semua tempat. Ketika itulah, dia berkata dalam hati, “Bagaimana caranya Allah menghidupkan semua yang sudah berserakan ini setelah matinya?”.
Karena kelelahan, Uzair beristirahat di bawah sebatang pohon. Dia kemudian tertidur dengan tidur yang sangat lama, karena Allah menidurkannya selama seratus tahun. Tubuhnya kemudian hancur dan telah menjadi tanah, orang-orang pun telah melupakannya.
Setelah seratus tahun berlalu, Allah membangunkannya kembali. Alangkah terkejutnya dia, ketika melihat perubahan yang sangat luar biasa dari perkampungan yang dia saksikan sebelum tidurnya. Jika sebelum tidurnya perkampungan itu adalah tempat yang dipenuhi reruntuhan dan sisa bangunan yang roboh, setelah dia bangun tempat itu sudah berubah menjadi perkampungan yang sangat padat dengan bangunan megah dan indah. Jika sebelum dia tidur, perkampungan itu adalah daerah yang sunyi dari manusia, hingga tidak seorang pun yang dia temui di sana, namun ketika bangun, dia mendapati perkampungan itu sangat padat dan ramai oleh manusia.
Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya, dan malaikat itu pun bertanya, “Sudah berapa lama engkau di sini?”. Dia menjawab, “Saya di sini hanya satu hari atau mungkin setengah hari saja”. Malaikat memberitahukan kepadanya, “Engkau sudah berada di sini selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang masih utuh, namun lihatlah kudamu yang sudah hancur menjadi tanah”.
Dengan kekuasaan Allah, kudanya perlahan-lahan berkumpul dan menjadi tulang kemudian dibungkus daging hingga akhirnya hidup kembali seperti sediakala. Malaikat kemudian berkata, “Begitulah kekuasaan Allah menghidupkan kembali yang telah mati dan menyusun tulang belulang yang sudah hancur dan berserakan menjadi bersatu kembali dengan sangat mudahnya”. Barulah Uzair mendapatkan jawaban atas pertanyaannya ketika sebelum tidur. Lalu dia berkata, “Maha Suci Allah, Yang Berkuasa menghidupkan kembali setelah kematian”.
Setelah itu, Uzair menaiki kudanya berjalan menuju rumah dan kampungnya. Setelah sampai di kampungnya, dia mendapati rumahnya sudah hancur dan yang tertinggal hanya sebagian puingnya saja. Dia kemudian bertanya kepada seorang perempuan tua yang ditemuinya di tempat itu, “Inikah rumah tuan Uzair?”. Perempuan itu menjawab, “Benar, inilah rumah tuan Uzair, namun dia telah lama pergi dan meninggalkan kampung ini. Saya sudah sangat lama tidak pernah mendengar namanya disebut kecuali hari ini”. Perempuan itu kemudian bercerita bahwa sewaktu dia masih kecil dia pernah bertemu dengan Uzair. Uzair adalah seorang yang sangat shalih dan baik hati, bahkan kedua orangtuanya adalah pembantu di kebunnya Uzair.
Uzair berkata kepada perempuan tua itu, “Akulah Uzair itu”. Alangkah terkejutnya perempuan itu mendengar perkataan lelaki di depannya yang mengatakan bahwa dia adalah Uzair. Akan tetapi, karena matanya yang sudah rabun, dia tidak dapat melihat wajah orang itu. Untuk mengetahui kebenarannya, perempuan itu kemudian berkata, “Uzair adalah manusia yang sangat shalih. Dia adalah hamba yang sangat dekat dengan Allah, sehingga semua doanya selalu dikabulkan Allah. Jika engkau memang Uzair, doakanlah kepada Allah supaya mata saya yang sudah rabun ini dapat melihat kembali, dan tubuh saya yang sudah lemah ini dapat kuat kembali”.
Uzairpun berdoa kepada Allah agar menyembuhkan kedua mata perempuan tua itu dan menjadikannya kuat kembali. Atas izin Allah, kedua mata perempuan tua itu dapat melihat kembali dengan baik, dan tubuhnya kembali kuat seperti masa mudanya dahulu. Setelah melihat wajah orang itu, barulah dia mengakui bahwa dia adalah Uzair. Perempuan tua itu pun kemudian memberitahukan hal tersebut kepada seluruh Bani Israil. Semua orang berkumpul untuk melihat keajaiban tersebut. Akan tetapi, sebagian besar mereka tidak percaya kalau orang yang di depan mereka adalah Uzair.
Untuk menguji kebenarannya, dipanggillah anak Uzair yang mengetahui ada tanda khusus di punggung ayahnya. Setelah diperiksa, ternyata memang tanda yang dimaksud terdapat di punggungnya. Namun, mereka belum juga puas dengan bukti tersebut, sehingga salah seorang di antara mereka berkata, “Setelah penyerangan Nebukadnezar kepada Bani Israil serta menghancurkan tempat-tempat ibadah dan kitab sucinya, tidak satu pun dari kalangan bangsa bani Israel yang hapal isi Taurat. Jika engkau memang Uzair, pastilah engkau dapat membacakan Taurat secara utuh, karena Uzair adalah salah seorang tokoh Bani Israil yang hapal semua isi Taurat.”
Uzair pun membacakan isi Taurat secara sempurna, tanpa satu pun yang tertinggal. Barulah semua mereka mempercayai bahwa dia adalah Uzair. Namun, kemudian sebagian manusia menganggap bahwa Uzair adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah yang tidak mempunyai anak bernama Uzair seperti yang diyakini oleh sebagian manusia.
Kisah tentang Uzair yang tidur selama seratus tahun ini disebutkan Allah dalam QS Al-Baqarah [2]: 259:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Ada pun pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas adalah: begitulah kekuasaan Allah Yang Maha Berkuasa menghidupkan yang mati, dan menyusun tulang belulang yang sudah menjadi tanah seperti sedia kala dengan sangat mudahnya. Jika Allah menghendaki sesuatu maka tidak ada yang akan menghalangi kehendak-Nya. Oleh karena itu, tidaklah patut manusia meragukan tentang adanya kehidupan setelah mati, karena hal itu sangatlah mudah bagi Allah.
Banyak ayat Allah di dalam Al-Qur’an yang menegaskan hal itu. Di antaranya QS Al-Baqarah [2]: 56:
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.”
Begitu juga dalam QS Al-Baqarah [2]: 243:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”
Nah, sama seperti ketika Nabi Uzair melangkah ke suatu negeri yang telah berantakan dihancurkan oleh Nebukadnezar, Baitullahnya pun habis, itu mirip halnya kondisi kebanyakan manusia yang qalb-nya tidak ada bersisa. Kebanyakan manusia berada dalam suatu kehidupan yang berserakan, dihancurkan oleh alam setan, hawa nafsu dan syahwatnya masing-masing. Maka dibutuhkan seorang 'Uzair' dalam diri kita untuk menghimpunkan apa yang berserak, Insya Allah bisa dengan rahmat-Nya semata.

(Disajikan ulang dari Pengajian Hikmah Al Qurán yang disampaikan oleh Mursyidku.)
--Alfathri Adlin--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar