Senin, 20 Mei 2013

Mimpi-mimpi jadi penulis


Semua berawal dari sebuah novel bestseller  “Ayat-ayat cinta” karya dari Habiburahman El Shirazy atau lebih akrab disapa Kang Abik, yang disebut-sebut sebagai the next Buya Hamka ini. Novel yang sebenarnya sudah cukup lama terbit ini, tapi aku baru tahu itu novel waktu zaman-zaman awal kuliah dulu. Aku tahu novel itu dari seorang teman perempuan yang nge-kost tak jauh dari rumahku. Waktu itu kami pernah saling tukar pinjam novel. Karna penasaran dengan novel Ayat ayat cinta tersebut, aku memutuskan mencari novel tersebut di perpustakaan kampus. Dan ternyata kutemukan di sebuah rak buku yang letaknya agak dibelakang. Seingatku ada lima atau empat eksemplar novel ayat ayat cinta terletak di rak tersebut. Tanpa berfikir panjang aku memutuskan meminjam novel tersebut. Oleh karena pihak perpustakaan kampus hanya membolehkan meminjam buku Cuma selama 7 hari, dan itu sudah sesuai standar baku peminjaman diperpustakaan kampus dimanapun. Tak apalah 7 hari, fikirku. Kalaupun aku tak bisa menyelesaikan membaca novel ini selama durasi 7 hari tersebut, toh aku bisa memperpanjang jangka peminjamannya kembali. Ternyata diluar dugaanku sebelumnya, aku hanya membutuhkan waktu selama dua hari untuk melahap ratusan lembar dari novel tersebut. Dan sungguh luar biasa, aku jatuh cinta dengan jalan ceritanya. Selama membaca novel tersebut aku serasa tersedot oleh sebuah pusaran yang seolah menarikku ke dimensi tempat dimana tokoh utama dari novel tersebut bernaung. Dan lama kelamaan aku seakan-akan menjadi seorang fahri(tokoh utama dalam novel tersebut). Novel ini seolah-seolah membuat aku membaca kisah kehidupanku sendiri. Aku kira penulisnya berhasil membangun karakteristik seorang fahri dengan begitu kuatnya. Buktinya adalah aku sendiri, aku merasa seperti menjadi seorang fahri dalam cerita novel tersebut. Alur ceritanya yang mengalir, pengambaran dari setiap sudut kota mesir yang di imajinasikan lewat tulisan, diceritakan dengan sangat detail. Tak hanya tokoh utamanya, tokoh-tokoh lainnya dalam novel tersebut punya karakter yang begitu kuat, tidak terkesan sebagai tokoh pelengkap saja. Ditambah novel ini bernuansa islami, tak salah jika novel ini di labeli sebagai novel pembanguna jiwa. Terlepas dari setiap kontra yang ada, yang menyudutkan tokoh utamanya fahri, sebagai tokoh yang terlalu sempurna, alias tidak manusiawi sekali. Aku rasa sah-sah saja penulisnya ingin menciptakan tokoh seperti fahri, karna menurut pengakuan penulisnya, setiap novel yang ia buat adalah hasil tadabur saat mendalami sebuah ayat di al-qur’an. Begitu juga dengan tokoh fahri dalam novel ayat ayat cinta tersebut, penulisnya sengaja menciptakan tokoh seperti itu, karna ia ingin menjadikan seorang fahri sebagai al-qur’an yang berjalan. Tidak ada salahnya dengan semua itu, jika niat dan tujuannya untuk kebaikan. Dan sebuah fakta dariku, ayat ayat cinta adalah novel pertama yang aku baca sampa tamat. Dan semenjak aku selesai membaca ayat ayat cinta tersebut, saat itulah hobiku membaca novel seperti tidak terhentikan. Aku jadi hobi membaca novel, apalagi novel-novel yang mengajak kepada kebaikan. Dan tanpa terasa, diam-diam aku menyematkan satu impian disudut relung hatiku, suatu saat aku ingin jadi seorang penulis. Aku ingin menerbitkan sebuah karya. Dan lewat karya-karya tersebut aku ingin menebar kebaikan kepada setiap orang yang membaca novelku. Kelak. Insya Allah. Amiin :))
20/5/2013. tanjung pinang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar