Kau tak cantik memang,
tapi aku berhak menyebutmu cantik bukan. Aku jatuh cinta pada senyumanmu, saat
pertama kali melihat fotomu sambil membaca sebuah buku, mungkin itu foto memang
disengaja, tapi akupun sengaja ingin melihatnya, dan sadar-sesadarnya aku mulai
menyukaimu saat itu juga. Tapi, entahlah, mungkin ini terlalu cepat untuk
menamainya sebagai perasaan cinta. Akupun tak berani menanggapi seperti itu.
Kau tak cantik memang, tapi kau manis, bukan manis dikecup lidah, tapi manis
dipandang mata dan diresap oleh lidah hati, jika hatipun punya lidah. Anggap
saja seperti itu. Kau punya daya tarik tersendiri yang tak dimiliki wanita
manapun. Dan aku seperti rela terhisap kedalam tarikan tersebut. Dan aku
menikmati setiap ekstase dalam ketertarikan itu. Kau berhijab sempurna, memakai
jilbab dan kerudung kepala rapat yang menutupi rambutmu hingga kedada.
Setidaknya cara berhijabmu modis dan tidak mengkusutkan mataku, seperti
perempuan-perempuan arab disana. Sudah jilbab dalam sangat, longgar, dan
bahanpun gelap, tebal dan sangat tidak ada seninya. Apalagi yang pakai cadar,
atau yang seperti di afganistan, tertutup semua dari ujung kaki hingga kepala,
kepalanyapun tertutup seperti cadar pemain anggar. Dan kau pandai
memadu-madankan warna antara jilbab dan kerudungmu. Dan aku suka itu. Itulah
seni berpakaian dan itu tidak melanggar syariat islam. Dan satu lagi kau
berprofesi sebagai tenaga pengajar. Aku suka. Tapi itu semua kan rasa suka
dariku padamu, nah darimu kepadaku bagaimana? Entahlah. hmmm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar