Alina, masihkah kau percaya jika tanda titik adalah
penghabisan dari sebuah kalimat kehidupan? Tentu tidak Alina , karna tanda
titik hanyalah ibarat sebuah tempat peristirahatan sementara dikala kau ingin
menghelak nafas barang sejenak, atau sekedar melepas lelah setelah sekian lama
berjalan dan terus berjalan tanpa henti, hanya untuk mengeja sebuah rasa yang
sampai sekarang belum kau pahami artinya.
Alina, masihkah kau terus menggenggam erat sepotong asa yang
hampir-hampir saja jatuh tergeleta menyusur tanah, saat genggaman tanganmu
mulai melemah dan tubuhmu gontai berjalan seperti seorang pesakitan paling
rapuh dikehidupan ini. Tentu saja, Alina – kau harus tetap menggenggamnya
erat-erat meski sepotong asa itu bisa menggetarkan sekujur tubuh lemahmu. Kau
tidak hanya punya sepotong asa Alina, tapi kau punya berjuta-juta harapan yang
suatu saat bisa membuatmu kembali tersenyum manja, seperti sedia kala.
Alina, kau pernah mengatakan kepadaku, kalau kau adalah
wanita kuat, tegar dan pantang menyerah. Tapi alina, satu hal yang perlu kau
tahu. Sekuat apapun dirimu, kau tetaplah seorang wanita alina. Kau punya sisi
lemah yang mungkin tak kau sadari, tapi sisi lemah itu adalah hakikatmu sebagai
seorang perempuan yang diciptakan dari tulang rusuk pria. Kau tetap butuh
seseorang untuk menopang sisi lemah itu. Dan suatu saat jika kau pahami itu,
kau tahu harus pergi menemui siapa.
Alina, bahkan sampai saat kau menghembuskan nafas terakhir,
kau tetap tak mampu mengeja rasa itu lewat mulut dan kata-katamu. Tapi bagiku,
kau lebih dari mengeja sebuah rasa. Karna kau punya hati yang putih,lembut dan
bening seperti mata air yang tak terjamah.
Alina, kau lebih dari sekedar wanita biasa. Aku tahu itu.
Bahkan sampai detik ini, aku berharap Tuhan sudi menciptkan wanita sepertimu
lagi, meski aku tahu itu takkan mungkin terjadi. Seorang alina akan tetap
menjadi seorang alina. Perempuan bernama alina, seorang pengeja rasa. Dan aku
adalah satria, yang hendak menunjukkan padamu cara mengeja rasa itu. Tapi
sebelum semua itu terjadi, kau hanya tinggal nama, oh Alina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar