Senin, 17 Juni 2013

Sebuah Kepedulian

Biarkan sibuta tetap membuta Biarkan sibisu tetap membisu Biarkan situli tetap menuli Meski mereka buta Meski mereka bisu Meski mereka tuli Tapi mereka menjadi diri sendiri Justru kita yang tidak buta, tidak bisu, tidak tuli Kerap memakai topeng dan lari dari kenyataan diri sendiri Dan lari dari kenyataan keadaan Buta tidak, tapi membutakan diri Bisu tidak, tapi membisukan diri Tuli pun tidak, tapi menulikan diri Apa sebab? Duhai kerana tidak ada lagi kepedulian itu Kepedulian terhadap sesama, lingkungan, dan alam Jangankan kepedulian terhadap semua itu Peduli terhadap diri sendiripun tidak lagi Kita hanya sibuk mempercantik diri, memperkaya diri, dan apa-apa yang menurut hafsu kita perlu untuk dilebihkan Enggan kurang, sedikitpun tidak, inginnya selalu berlebih dari orang lain Sehingga teori keseimbangan hidup jadi rusak Karena kita ... sibuk dengan diri sendiri .. kepentingan pribadi .. kepentingan golongan dan kepentingan orang-orang yang pada dasarnya, justru kita berada dibawah ketiaknya Sehingga kita hanya menjadi golongan-golongan yang ikut-ikutan. tanpa idealisme, tak punya integritas diri dan tanpa sebuah pemahaman dan terus-terusan seperti itu, tanpa sadar telah tergerus pusaran keburukan Tapi sungguh, tidak semua orang buta, tidak semua orang bisu dan tidak semua orang telah tuli Itu hanya sebagian atau kebanyakan dari kita Tapi kabar baiknya, Diantara keburukan-keburukan itu, selalu terselip kebaikan-kebaikan yang meskipun jumlahnya sedikit Tapi sungguh, cahayanya menggetarkan dunia dan menjadi penyuluh disaat kegelapan mewarnai dunia Saya yakin pada dasarnya semua kita menyimpan cahaya kebaikan tersebut, tapi masalahnya cahaya kebaikan itu tertutup oleh awan hitam , tapi terkadang kita gagal menyingkirkan awan hitam tersebut, dan justru ikut-ikutan menghitamkan diri sama seperti awan hitam tersebut. Sehingga cahaya kebaikan tersebut sangat susah muncul kepermukaan dan ekstrimnya tenggelam selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar