Provinsi Sumatera Barat
berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan
lempeng Indo-Australia)
dan patahan (sesar) Semangko.
Di dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif. Menurut
catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan gempa
besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus. (http://id.wikipedia.org)
Hari ini 30 September 2013, tepat 4
tahun silam pada waktu petang, gempa besar berkekuatan 7,6 Skala Richter dengan
pusat gempa (episentrum) 57 km barat daya pariaman pada kedalaman
(hiposentrum) 71 km mengguncang Sumatera Barat.
Pada hari itu, aku ingat sekali saat
aku membonceng sepeda motor dengan teman sekampusku. Waktu itu kami pulang dari
kampus, sehabis melihat acara ospek anak angkatan baru. Kira-kira pukul
setengah 5 sore kami masih di jalan dan pada saat itu kami merasakan getaran
tiba-tiba, pertama pelan, dan kemudian getarannya semakin kencang. Seperti ada
yang iseng mengguncang isi bumi waktu itu, seorang tukang bangunan yang tengah
asyik bekerja kelihatan refleks melompat dari ketinggian. Kami berusaha menjaga
keseimbangan agar tidak ikut oleng bahkan terjatuh. Getaran itu cukup lama
terasa. Dan itu adalah getaran paling kuat yang aku rasakan selama aku hidup.
Benar-benar menggentarkan. Dan setelah itu, terjadilah kepanikan diantara para
warga. Tiba-tiba jalanan jadi macet tidak karuan. Dan untunglah aku sudah
sampai dirumah pada saat kemacetan belum menjamah jalanan kota padang waktu
itu. Dan untung juga rumahku tidak ikut roboh. Sesampai di rumah orang-orang
sudah ramai keluar dari rumahnya, kebanyakan yang mendominasi adalah anak kost
perempuan yang tengah mengenyam pendidikan kuliah di STKIP PGRI. Nampak jelas gurat
kepanikan dari wajah-wajah mereka, ada yang menangis, ada yang diam karena
mungkin masih trauma dan tak sanggup mengucapkan apa-apa. Dan kebetulan tempat
tinggalku waktu itu adalah salah satu dari daerah evakuasi tsunami, jika
sewaktu-waktu tsunami benar-benar terjadi. Sirine peringatan tsunami telah
berbunyi, dan waktunya bagi para warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Waktu itu sebagian warga kota padang yang termasuk kecamatan padang utara
kebanyakan memilih mengungsi ke atas bukit yang disana terdapat PDAM.
Dulu, sebelum peristiwa gempa besar
itu terjadi, warga kota padang sudah sering mendapat isu jika tsunami akan
terjadi, baik dari ramalan-ramalan, prediksi para ahli bahkan ada yang lebih
lucu, tidak ada gempa, tidak ada tanda alam apa-apa, pada suatu malam aku
terjaga dari tidurku, karena dibangunkan oleh kakak laki-lakiku, katanya;
barusan mendapat telefon dari teman dekat wanitanya, jika air laut dari daerah
tepi pantai air tawar sudah naik. Bah, waktu itu aku masih baru tamat dari SMA,
belum kuliah jadi rada-rada ikut-ikutan. Langsung saja aku mengemas ijazahku
kedalam tas dan memasukkan beberapa pakaian. Waktu menunjukkan pukul dini hari.
Dan sesaat kemudian, Masya Allah … di jalan depan gang rumahku jalanan sudah
pada macet, dan orang-orang sudah lebih dahulu naik ke atas puncak PDAM atau
puncak Gunung pangilun, namanya. Berbagai hal lucu kunikmati dan membuatku
geleng-geleng kepala waktu dini hari tersebut. Saat ini aku berani mengatakan
semua dari mereka termasuk diriku saat itu, adalah golongan orang-orang yang
mempunya keimanan yang tipis. Banyak anak kost perempuan yang menangis
histeris, menelpon kerabat dikampung halaman, dan ada juga yang menelpon pacar
mereka. Ada pula pemuda-pemuda tanggung yang mengambil kesempatan cuci mata dan
berkenalan dengan para cewek anak-anak kost disekitar. Memang pasca tsunami
aceh, sumatera barat, terkhususnya kota padang tidak henti-hentinya dihantam
prediksi-prediksi jika gempa besar dan tsunami akan terjadi dikota padang. Tapi
selama aku di tinggal dikota padang, memang hanya tsunami yang belum terjadi
dan mudah-mudahan tidak terjadi.
Kembali ke gempa sumbar. Setelah
gempa terjadi segala bentuk komunikasi terputus, air mati, dan listrik juga
mati. Berminggu-minggu lamanya kami hidup tanpa air,listrik dan sinyal hp untuk
menghubungi kerabat. Pada waktu itu hanya salah satu provider yang bisa aktif,
yakni kartu XL(bukan iklan) dan itu memang kenyataanya. Banyak kerusakan yang
terjadi dimana-mana. Dan hal yang juga paling aku ingat adalah waktu kedatangan
presiden untuk melihat proses evakuasi sebuah gedung tempat anak-anak sekolah
belajar tambahan diluar sekolah, aku lupa namanya. Waktu itu beramai-ramailah
bantuan silih berganti, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Merinding
aku melihatnya. Ribuan korban tewas dan luka berat, ratusan luka ringan,
beberapa diantaranya hilang dan banyak dari rumah warga, fasilitas umum, gedung
pemerintahan, instansi pendidikan, hotel, yang luruh membumi bersama
puing-puingnya. Sebuah peristiwa alam yang tidak akan pernah terlupakan.
Kesudahannya aku menemani Ibu ikut
ke batusangkar tempat kakak laki-lakiku tinggal dan menetap. Waktu itu pipa
utama dari pusat air minum daerah kota padang patah dan butuh waktu lama untuk memperbaikinya.
Kurang lebih sebulan lamanya warga kota padang hidup tanpa air PDAM.
———
Mengenang bukan untuk membuka luka
lama
Tapi mengenang untuk kembali berkaca
Atas dosa-dosa dimasa lalu
Sebagai pembelajaran diri
Sebagai perenungan
Dan kembali mendoakan mereka yang
jadi korban
Seraya, bersyukur diatas segala
nikmat Tuhan
Atas nama masa lalu, masa sekarang
Dan kelak merangkai masa depan yang
lebih hikmt
———-
Tanjung Pinang, 30 September 2013
waktu itu saya baru 2 hari ada di palembang, ga merasakan apa-apa. baru tahu kalau ada gempa ketika teman kos ditelpon saudaranya dari jakarta. kami ber-9 lalu menyalakan tv, ternyata beneran ada gempa.
BalasHapus:)
BalasHapus