Minggu, 29 September 2013

Mengenang 4 Tahun Gempa Besar Sumatera Barat



Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus. (http://id.wikipedia.org)

Hari ini 30 September 2013, tepat 4 tahun silam pada waktu petang, gempa besar berkekuatan 7,6 Skala Richter dengan pusat gempa (episentrum) 57 km barat daya pariaman pada kedalaman (hiposentrum) 71 km mengguncang Sumatera Barat. 
Pada hari itu, aku ingat sekali saat aku membonceng sepeda motor dengan teman sekampusku. Waktu itu kami pulang dari kampus, sehabis melihat acara ospek anak angkatan baru. Kira-kira pukul setengah 5 sore kami masih di jalan dan pada saat itu kami merasakan getaran tiba-tiba, pertama pelan, dan kemudian getarannya semakin kencang. Seperti ada yang iseng mengguncang isi bumi waktu itu, seorang tukang bangunan yang tengah asyik bekerja kelihatan refleks melompat dari ketinggian. Kami berusaha menjaga keseimbangan agar tidak ikut oleng bahkan terjatuh. Getaran itu cukup lama terasa. Dan itu adalah getaran paling kuat yang aku rasakan selama aku hidup. Benar-benar menggentarkan. Dan setelah itu, terjadilah kepanikan diantara para warga. Tiba-tiba jalanan jadi macet tidak karuan. Dan untunglah aku sudah sampai dirumah pada saat kemacetan belum menjamah jalanan kota padang waktu itu. Dan untung juga rumahku tidak ikut roboh. Sesampai di rumah orang-orang sudah ramai keluar dari rumahnya, kebanyakan yang mendominasi adalah anak kost perempuan yang tengah mengenyam pendidikan kuliah di STKIP PGRI. Nampak jelas gurat kepanikan dari wajah-wajah mereka, ada yang menangis, ada yang diam karena mungkin masih trauma dan tak sanggup mengucapkan apa-apa. Dan kebetulan tempat tinggalku waktu itu adalah salah satu dari daerah evakuasi tsunami, jika sewaktu-waktu tsunami benar-benar terjadi. Sirine peringatan tsunami telah berbunyi, dan waktunya bagi para warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Waktu itu sebagian warga kota padang yang termasuk kecamatan padang utara kebanyakan memilih mengungsi ke atas bukit yang disana terdapat PDAM.
Dulu, sebelum peristiwa gempa besar itu terjadi, warga kota padang sudah sering mendapat isu jika tsunami akan terjadi, baik dari ramalan-ramalan, prediksi para ahli bahkan ada yang lebih lucu, tidak ada gempa, tidak ada tanda alam apa-apa, pada suatu malam aku terjaga dari tidurku, karena dibangunkan oleh kakak laki-lakiku, katanya; barusan mendapat telefon dari teman dekat wanitanya, jika air laut dari daerah tepi pantai air tawar sudah naik. Bah, waktu itu aku masih baru tamat dari SMA, belum kuliah jadi rada-rada ikut-ikutan. Langsung saja aku mengemas ijazahku kedalam tas dan memasukkan beberapa pakaian. Waktu menunjukkan pukul dini hari. Dan sesaat kemudian, Masya Allah … di jalan depan gang rumahku jalanan sudah pada macet, dan orang-orang sudah lebih dahulu naik ke atas puncak PDAM atau puncak Gunung pangilun, namanya. Berbagai hal lucu kunikmati dan membuatku geleng-geleng kepala waktu dini hari tersebut. Saat ini aku berani mengatakan semua dari mereka termasuk diriku saat itu, adalah golongan orang-orang yang mempunya keimanan yang tipis. Banyak anak kost perempuan yang menangis histeris, menelpon kerabat dikampung halaman, dan ada juga yang menelpon pacar mereka. Ada pula pemuda-pemuda tanggung yang mengambil kesempatan cuci mata dan berkenalan dengan para cewek anak-anak kost disekitar. Memang pasca tsunami aceh, sumatera barat, terkhususnya kota padang tidak henti-hentinya dihantam prediksi-prediksi jika gempa besar dan tsunami akan terjadi dikota padang. Tapi selama aku di tinggal dikota padang, memang hanya tsunami yang belum terjadi dan mudah-mudahan tidak terjadi.
Kembali ke gempa sumbar. Setelah gempa terjadi segala bentuk komunikasi terputus, air mati, dan listrik juga mati. Berminggu-minggu lamanya kami hidup tanpa air,listrik dan sinyal hp untuk menghubungi kerabat. Pada waktu itu hanya salah satu provider yang bisa aktif, yakni kartu XL(bukan iklan) dan itu memang kenyataanya. Banyak kerusakan yang terjadi dimana-mana. Dan hal yang juga paling aku ingat adalah waktu kedatangan presiden untuk melihat proses evakuasi sebuah gedung tempat anak-anak sekolah belajar tambahan diluar sekolah, aku lupa namanya. Waktu itu beramai-ramailah bantuan silih berganti, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Merinding aku melihatnya. Ribuan korban tewas dan luka berat, ratusan luka ringan, beberapa diantaranya hilang dan banyak dari rumah warga, fasilitas umum, gedung pemerintahan, instansi pendidikan, hotel,  yang luruh membumi bersama puing-puingnya. Sebuah peristiwa alam yang tidak akan pernah terlupakan.
Kesudahannya aku menemani Ibu ikut ke batusangkar tempat kakak laki-lakiku tinggal dan menetap. Waktu itu pipa utama dari pusat air minum daerah kota padang patah dan butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Kurang lebih sebulan lamanya warga kota padang hidup tanpa air PDAM.
———
Mengenang bukan untuk membuka luka lama
Tapi mengenang untuk kembali berkaca
Atas dosa-dosa dimasa lalu
Sebagai pembelajaran diri
Sebagai perenungan
Dan kembali mendoakan mereka yang jadi korban
Seraya, bersyukur diatas segala nikmat Tuhan
Atas nama masa lalu, masa sekarang
Dan kelak merangkai masa depan yang lebih hikmt
 ———-
Tanjung Pinang, 30 September 2013

2 komentar:

  1. waktu itu saya baru 2 hari ada di palembang, ga merasakan apa-apa. baru tahu kalau ada gempa ketika teman kos ditelpon saudaranya dari jakarta. kami ber-9 lalu menyalakan tv, ternyata beneran ada gempa.

    BalasHapus