Aku akan
bercerita tentang film kesukaanku, judulnya "Rab ne bana di jodi".
Yang jika di terjemahkan kedalam bahasa indonesia adalah "Tuhan
menciptakan pasangan". Ini film bergenre komedi romantis. Film ini di sutradarai oleh sutradara senior
india bernama Yash Chopra. Diperankan oleh actor kenamaan india Shah Rukh Khan
sebagai Surinder dan Raj. Dua peran ganda sekaligus tapi berbeda karakter. Juga
ada aktris cantik Anuksha Sharma sebagai Taani.
Cerita berawal
ketika Surinder berkunjung ke rumah Gurunya
(ayah taani) untuk menghadiri pernikahan putri semata wayang Gurunya
tersebut, yakni Taani sendiri. Dan pada suatu keadaan di tengah persiapan
pernikahan tersebut, Suri melihat Taani yang ceria, riang, suka menari, lincah
dan tidak bisa diam. Saat itu dia terpesona dengan sosok Taani, diam-diam dia
menaruh hati pada Taani. Dan ia sadar, jika saat itu adalah saat ia jatuh cinta
pada pandangan pertama. Ya, ia jatuh hati pada Taani. Dan pada saat Gurunya
memperkenalkan dia pada Taani, kelihatan sekali jika Taani sangat cuek dan ada
adanya. Diam-diam Gurunya sering bercerita tentang Suri ke Taani jika Suri
adalah murid kesayangannya. Paling pintar dan baik hati dari murid-murid
lainnya. Setidaknya itulah yang disebutkan pada Suri saat ia di perkenalkan
pada Suri.
Dan cerita
berlajut, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kira-kira itulah
peribahasa yang cocok untuk kejadian yang menimpa Taani saat itu juga. Ayahnya
mendapat kabar jika calon suaminya meninggal dalam kecelakaan saat menuju
perjalanan kerumah Taani. Taani menangis dan sedih sekali, seolah-olah tidak
percaya dengan berita tersebut. Tapi itulah kenyataannya. Taani tidak akan
menikah. Dan pernikahan itu batal. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, melihat
kesedihan putrinya membuat sakit jantung Ayahnya kambuh lagi dan harus dirawat
di rumah sakit. Pada saat di opname, Ayah Taani merasa umurnya sudah tidak lama
lagi. Dan ia khawatir dengan keadaan putri semata wayangnya tersebut. Karena
mereka cuma tinggal berdua. Ibu Taani pun sudah tidak ada lagi. Maka dari itu
Ayahnya tidak ingin Taani terlunta-lunta sendirian sepeninggal dirinya. Maka
saat itu ia memutuskan ingin menitipkan putrinya pada murid kesayangannya,
yakni Surinder. Ayahnya meminta Suri dan Taani menikah. Berat untuk Taani
menerima keputusan itu, karena mungkin Surinder bukanlah tipikal lelaki idaman
Taani. Tapi apapun itu, demi kebahagiaan Ayahnya, ia akhirnya menerima
keputusan itu. Dan pun sama bagi Suri sangat berat dan segan rasanya untuk
menerima dan mengiyakan permintaan tersebut. Siapalah dia, pemuda biasa yang
dengan segala kekakuan, diamnnya, tiba-tiba harus menikah dengan seorang gadis
secantik Taani. Sungguh ia tidak pernah membayangkan hal itu sama sekali. Satu
hal yang ia sadari saat itu ialah, benar ia jatuh cinta pada Taani, untuk
pertama kalinya dan pada pandangan pertama.
Lanjut cerita,
Suri dan Taani akhirnya menikah. Dan Ayah Taani-pun pergi dengan tenang.
Kemudian Suri memboyong istrinya Taani ke kediamannya. Awal hubungan yang
sangat kaku dan aneh. Tidak seperti kebanyakan pengantin baru yang
bermesra-mesraan, mereka tidak sama sekali. Taani menjaga jarak, dan sejak saat
itu dia menjadi pendiam dan tak banyak bicara. Dan Suri pun ikut menjaga jarak,
karena tahu Taani tidak suka padanya, Taani menikah hanya karena memenuhi
permintaan terakhir Ayahnya. Suri pun demikian, ia menerima semua itu juga demi
permintaan terkahir dari Gurunya tersebut. Meskipun rasa cinta kepada Taani
ada. Tapi ia bukanlah tipe orang yang agresif. Ia menerima segala sikap Taani
tersebut. Dan ia tidak akan memaksa Taani untuk bertindak sebagai seorang Istri
sewajarnya kepada Suami sahnya. Kalaupun ada pilihan untuk bertindak keras pada
sikap Taani yang memilih mengurung diri dikamar, ia tetap akan abaikan pilihan
itu. Dan memilih bersabar dengan kondisi tersebut. Ia tidak akan kasar kepada
Taani, sebab ia sangat mencintai istrinya Taani. Ia tidak akan menggunakan
tangannya untuk memaksa Taani. Sebab ia ingin Taani menyadari cintanya secara
perlahan dan tidak terpaksa, seperti saat sekarang.
Hari demi hari
berlalu. Sikap Taani tidak jua berubah. Ia tetap pendiam. Dan mengurung diri di
kamar. Sekali ia keluar adalah saat rekan-rekan kerja Suri datang ke rumahnya
untuk bersilaturahim melihat istri rekan kerja mereka, Suri. Dan betapa
bahagianya hati Suri saat itu, melihat Taani keluar dengan berdandan, dan
melayani tamu-tamu rekan kerjanya saat itu. Rekan-rekan kerja Suri semua memuji
kecantikan istrinya. Betapa melambungnya Suri saat itu. Akhirnya
sedikit-demi-sedikit sikap Taani mulai berubah, dan ia mulai mengerjakan
perannya sebagai seorang istri, seperti mencuci pakaian, piring, membersihkan
rumah dan memasak. Meski belum sepenuhnya. Disuatu waktu, saat Taani pulang
dari pasar, di jalan ia melihat pamflet berupa pengumuman pendaftaran untuk
belajar dansa berpasangan. Dan kebetulan ia sangat suka menari. Dulunya. Dan
pada pagi hari saat di ruang makan, ia memberitahukan kepada Suri jika ia ingin
mendaftar lomba menari tersebut. Ia merasa bosan dirumah dan ingin punya
kesibukan. Dan ia ingin ikut lomba menari berpasangan tersebut. Dan untuk
mendaftar ia butuh uang. Saat menyampaikannya, Suri hanya diam saja. Dan Taani
merasa bersalah dan meminta maaf karena sudah lancang meminta hal tersebut. Dan
ternyata salah, diam-diam saat Taani mencuci piring, Suri menyelipkan uang
untuk pendaftaran lomba tersebut. Dan Taani sangat merasa senang sekali.
Sadar akan
perubahan yang ada pada diri Taani, apapun akan ia lakukan untuk membuat Taani
kembali ceria. Taani yang suka menari, berlari, tertawa dan lincah. Ia ingin
melihat Taani yang dulu lagi, persis saat pertama kali ia melihat Taani. Bukan
Taani yang diam, murung dan kaku yang dia ingin, tapi Taani yang riang dan
gembira. Dan pada saat inilah sahabatnya Bobi mengambil peran. Bobi adalah
sahabat karib Suri, dan sudah seperti keluarga. waktu itu Bobi pernah
marah-marah, memaki sambil menendang-nendang pintu gerbang rumah Suri, karena
ia merasa kesal karena ia tidak diberitahu sedikitpun tentang kabar bahagia
jika Suri sudah menikah dan punya seorang Istri. Bobi sang pemilik salon
kecantikan. Maka timbullah ide untuk merubah sedemikian rupa penampilan Suri,
dari yang sangat kaku, kolot dan kuno, menjadi Raj yang sangat kocak, lucu,
banyak bicara dan terkesan blak-blakan. Dan untuk perubahan itu Suri harus rela
kumis kesayangannya dibabat abis oleh mesin pencukur rambut Bobi. Dan style
berpakaian Suri pun disulap, dari yang biasanya memakai kemeja lengan panjang,
celana dasar, sepatu kulit, kacamata, dan rambut belah tepi, menjadi Raj yang
suka memakai celana jeans, kaos oblong dan rambut yang dikasih gell dan pewarna
rambut. Jadilah Suri berubah seratus-delapan-puluh-derajat menjadi seorang Raj
yang punya kebiasaan mengucapkan salam perpisahan dengan menyebut, “kita
musafir cinta, kita kan bertemu dijalan”. Dan itu terkesan sangat aneh bagi
Suri yang biasanya tidak banyak bicara dan cenderung kaku. Maka mulailah
penyamaran itu, hanya untuk membuat Taani kembali ceria. Suri sadar jika dengan
menjadi Suri yang biasanya, ia tetap tidak akan mampu membuat Taani jatuh hati
padanya, dan ia tidak ingin Taani kembali menjadi murung. Ia hanya ingin
melihat Taani yang ceria, suka menari dan banyak bicara. Dan demi semua itu ia
akan menyamar jadi Raj. Untuk itu ia memutuskan ikut mendaftar lomba menari
yang juga di ikuti Taani tersebut.
Pucuk dicinta
ulampun tiba. Saat pengundian nomor pasangan, ternyata mereka berdua berjodoh
untuk menjadi pasangan menari. Awalnya Suri agak kikuk berkenalan dengan Taani.
Takut ketahuan. Dan berhasil menciptakan image baru dihadapan Taani, sehingga
penyamaran itu bisa dibilang sangat berhasil. Taani sama sekali tidak curiga.
Justru Taani sangat merasa ilfeel dengan sikap aneh Suri yang menyamar jadi Raj
tersebut. Maka dimulailah sandiwara tersebut. Suri menjalani kehidupan biasanya
bersama Taani. Dan sebaliknya juga menjalankan kehidupan yang tidak biasa
dengan menyamar menjadi Raj di hadapan Taani. Awalnya sikap aneh Raj membuat
Taani kehilangan selera untuk berduet dengannya. Tapi lama kelamaan akhirnya
Raj berhasil juga menarik perhatian Taani. Dan diam-diam Taani menaruh hati
pada Raj. Raj telah membawanya kepada dirinya yang dulu ceria, riang, dan
banyak bicara. Saat bersama Raj, Taani merasa menjadi dirinya sendiri.
Sebaliknya saat bersama suaminya –suri- ia merasa menjadi orang lain. Dan dilema
pun terjadi. Disatu sisi Taani mulai menaruh hati pada Raj, tetapi apa dayanya
ia telah bersuami. Dan itu amanah dari alm Ayahnya. Pada suatu keadaan,
memuncaklah rasa suka Taani kepada Raj, dan pergi menemui Raj di bengkelnya.
Padahal saat itu ia sedang di bioskop menonton film bersama Suri. Suri yang
tidak sadar kepergian Taani, merasa kehilangan. Dan tiba-tiba ia mendapat
telpon dari anak buah bengkel yang merupakan bengkel kepunyaan temannya Bobi.
Langsung saja Suri menyusul Taani ke bengkel tersebut. Dalam keadaan hujan
lebat. Sesampai disana ia mendapati Taani tengah berdiri sendirian. Dan
terjadilah percakapan yang penuh emosional tersebut. Taani merasa sudah tidak
sanggup lagi menanggung semua beban yang ada dipundaknya. Ia ingin pergi dan
mencari suasana baru dengang orang yang dicintai dan mencintainya. “Jika kau
tak mencintai suamimu, maka ikutlah denganku, Taani. Ikutlah denganku. “ ucap
Raj dengan gemetar. Mendengar itu semua Taani terkejut dan tidak tahu harus
mengatakan apa-apa lagi. Dan hanya dengan sebuah pelukan Taani menjawab ajakan
tersebut. Taani menangis dalam pelukan Raj. “Bawa aku pergi Raj. Bawa aku pergi
dari Sini. Ba..wa aku pergi Raj.” Ucap Taani sesegukan. “Aku berjanji setelah
perlombaan menari usai, aku akan membawamu pergi jauh dari tempat ini. Aku
berjanji Taani. Aku berjanji!” Ucap Raj dengan sangat emosional.
Esoknya Suri
sadar jika dia akan menepati janjinya membawa Taani pergi dari tempat itu.
Membawa pergi Taani jauh dari Raj. Untuk itu dia akan mengorbankan segalanya.
Termasuk identitas aslinya. Dengan itu dia akan menjadi Raj selama-lamanya. Dan
mengubur identitasnya sebagai Raj dalam-dalam. Untuk itu sebagai perpisahan,
dia sengaja mengajak Taani untuk bersembahyang dan berdo’a di kuil sungai
gangga. Dan saat berdo’a, Suri mendoakan kebahagiaan untuk Taani. Sebaliknya
Taani berdo’a agar Suri memperlihatkan wajah aslinya kepadanya. Selama ini ia
tidak melihat Tuhan pada diri Suri, justru ia melihat Tuhan dalam versi berbeda
pada diri Raj. Tuhan yang membuat ia tertawa, bernyanyi, menari dan gembira.
Dan saat ini ia berdo’a agar diperlihat Suri yang sesungguhnya. Dan sesaat
kemudian ia membuka matanya perlahan, dan melihat Suri mendekat kearahnya,
sehabis membasuh kepalanya dengan air sungai gangga. Dan saat itulah pertama
kalinya mereka benar-benar saling bersitatap muka dengan nuansa berbeda, dan
saat itu pula Taani bisa melihat Tuhan dalam diri Suri. Suri yang sesungguhnya.
Dan ini akan menjadi pembeda antara Suri dengan Raj.
Esok hari di
malam final lomba menari berpasangan, sebelum naik ke panggung menunggu giliran
tampil, Taani berbicara pada Raj dan mengungkapkan isi hatinya.
“Maaf Raj.
Maafkan aku. Aku tidak bisa ikut denganmu. Aku tidak bisa meninggalkan suamiku.
Disatu sisi kau membuat aku merasa berbeda dan membuat aku kembali menjadi
diriku yang dulu. Tapi disisi lain, ia suamiku, ia yang menggenggamku saat aku
sendiri. Aku melihat Tuhan dalam diri suamiku. Aku melihat Tuhan dalam dirinya,
Raj. Maafkan aku…” ucap Taani meneteskan air mata. Raj bungkam, tak dapat
berkata apa-apa. Ia terharu. Matanya berkaca-kaca.
Sementara
setelah percakapan itu, tibalah giliran mereka –Raj dan Taani— untuk tampil.
Taani sudah lebih dulu naik ke atas panggung, tapi Raj kemana, dia tak kunjung
muncul. Setelah berapa kali di panggil pembawa acara. Dan Taani mengatakan
kepada Mc, jika pasangannya tidak bisa hadir dan rela jika harus di
diskualifikasi dari perlombaan ini. Sesaat Mc akan mengatakan hal itu,
tiba-tiba terdengar gemuruh tawa tertahan dari para penonton, seperti sedang melihat sebuah kelucuan di tengah
kegelapan panggung. Ya dari kejauhan terlihat Suri tengah berdiri kaku dengan
style biasanya, ia terlihat sama sekali bukan seperti penari yang ikut lomba,
tapi lebih seperti petugas karcis gedung pertunjukkan. Melihat itu Taani
terkejut. Ia tak menyangka justru malah yang muncul adalah Suri, suaminya.
Bukannya Raj. Teman duetnya. Dengan percaya diri Suri membunuh rasa malu dan
canggungnya dan perlahan menuju tengah panggung. Dan bersiap memulai
gerakan-gerakan tarian yang selama ini ia berlatih bersama Taani, sebagai
seorang Raj. Dan mereka menari dengan lincahnya sesuai dengan latihan mereka
selama ini. Dalam setiap gerak tarian, dan raut muka Suri, maka terbayanglah
semua tingkah dan keanehan yang diperlihatkan oleh Raj selama ini. Ternyata
Suri adalah Raj. Dan Raj adalah suri. Mereka sama. Tapi berbeda karakter.
Alangkah terkejutnya Taani saat itu selama menari di atas panggung. Dan saat selesai
menari, mereka mendapat applause yang meriah dari para penonton.
“ Kau bohong
Raj. Kau berbohong!” ucap Taani menahan isak.
“ Tidak Taani.
Tidak. Aku mencintaimu. Sejak pertama kali melihatmu. Sumpah demi Tuhan, ini
cinta sejati, Taani. Kau tak harus percaya, tapi ini kenyataannya.” Ucap Suri
menatap istrinya tersebut.
Taani yang masih
merasa seakan tidak percaya dengan semua ini, menangis tak tertahan. Ia merasa
Suri terlalu baik kepadanya. Ia tidak meminta apa-apa, menginginkan apa-apa,
tapi Suri memberi segalanya, dengan ketulusan tak terkira. Ia merasa bersalah atas semua ini.
“ apa ini?” ucap
Suri menyeka air mata Taani. Jangan
pernah meneteskan air mata, Taani. Aku tidak ingin melihatmu bersedih. Aku
ingin melihat Taani yang gembira, ceria, tertawa, suka menari. Untuk itu jangan
menangis lagi. Mereka berpelukan erat. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Tak
henti-hentinya Suri mengucapkan itu kepada Taani. Dan pelukanlah yang menjawab
segalanya.
Noted * Surinder
yang pendiam, apa adanya, kaku dan kolot. Raj yang bergaya, banyak bicara,
ceria, dan kocak. Dilema ada pada seorang Taani, apakah ia memilih tetap setia
bersama suaminya, atau menuruti egonya pergi bersama Raj. Taani yang melihat
Tuhan dalam diri Raj dengan versi yang berbeda, penuh tawa, canda, bahagia. Dan
disatu sisi ia melihat Tuhan dalam diri Suri dalam versi yang berbeda juga.
Suri yang pendiam, kaku dan apa adanya. Tapi itulah kekuatan cinta sejati.
Cinta sejati tanpa ego, tanpa pamrih, tidak neko-neko. Dan ia melihat cinta
sejatinya ada pada Suri (suaminya) yang menggenggam tangannya saat ia seorang
diri setelah kepergian almarhum ayahnya. Dan ia juga setia menjaga amanah dari
ayahnya tersebut. Dan akhirnya Taani memilih tetap bersama Suri –suaminya- yang
apa adanya.
Saat kau berbicara tentang cinta, cukuplah kau
menemukan alasan, jika kau melihat Tuhan pada diri orang yang kau cinta. Cukup.
Tidak akan ada alasan lainnya. Jika kau melihat Tuhan pada sesuatu yang kau
lihat, maka hanya akan kebaikan semata, tanpa prentensi, pamrih dan hanya ada
keapa-adaan. Maka seketika kebencian,
ego, kesakitan, kekecewaan, itu tidak akan ada, tenggelam dalam lautan cinta
yang sesungguhnya. Katakanlah pada Ibumu, Ibumu, Ibumu, Bapakmu, kakakmu,
adikmu, sanak familimu, teman-temanmu, jika kau melihat Tuhan dalam diri
mereka. Maka hanya akan ada ketulusan dalam cinta tersebut. Kau melihat Tuhan
pada segenap ciptaan Tuhan, tumbuh-tumbuhan, binatang, batu, tanah, dan semua
yang fana di dunia, jika itu terjadi, maka tidak aka nada kerusakan di muka
bumi ini. Yang ada hanya cinta kepada sesama.
Maka
kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Qs Al Baqarah: 115
Tidak ada komentar:
Posting Komentar