Sabtu, 29 Maret 2014

Rab ne bana di jodi



Aku akan bercerita tentang film kesukaanku, judulnya "Rab ne bana di jodi". Yang jika di terjemahkan kedalam bahasa indonesia adalah "Tuhan menciptakan pasangan". Ini film bergenre komedi romantis.  Film ini di sutradarai oleh sutradara senior india bernama Yash Chopra. Diperankan oleh actor kenamaan india Shah Rukh Khan sebagai Surinder dan Raj. Dua peran ganda sekaligus tapi berbeda karakter. Juga ada aktris cantik Anuksha Sharma sebagai Taani. 

Cerita berawal ketika Surinder berkunjung ke rumah Gurunya  (ayah taani) untuk menghadiri pernikahan putri semata wayang Gurunya tersebut, yakni Taani sendiri. Dan pada suatu keadaan di tengah persiapan pernikahan tersebut, Suri melihat Taani yang ceria, riang, suka menari, lincah dan tidak bisa diam. Saat itu dia terpesona dengan sosok Taani, diam-diam dia menaruh hati pada Taani. Dan ia sadar, jika saat itu adalah saat ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Ya, ia jatuh hati pada Taani. Dan pada saat Gurunya memperkenalkan dia pada Taani, kelihatan sekali jika Taani sangat cuek dan ada adanya. Diam-diam Gurunya sering bercerita tentang Suri ke Taani jika Suri adalah murid kesayangannya. Paling pintar dan baik hati dari murid-murid lainnya. Setidaknya itulah yang disebutkan pada Suri saat ia di perkenalkan pada Suri. 

Dan cerita berlajut, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kira-kira itulah peribahasa yang cocok untuk kejadian yang menimpa Taani saat itu juga. Ayahnya mendapat kabar jika calon suaminya meninggal dalam kecelakaan saat menuju perjalanan kerumah Taani. Taani menangis dan sedih sekali, seolah-olah tidak percaya dengan berita tersebut. Tapi itulah kenyataannya. Taani tidak akan menikah. Dan pernikahan itu batal. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, melihat kesedihan putrinya membuat sakit jantung Ayahnya kambuh lagi dan harus dirawat di rumah sakit. Pada saat di opname, Ayah Taani merasa umurnya sudah tidak lama lagi. Dan ia khawatir dengan keadaan putri semata wayangnya tersebut. Karena mereka cuma tinggal berdua. Ibu Taani pun sudah tidak ada lagi. Maka dari itu Ayahnya tidak ingin Taani terlunta-lunta sendirian sepeninggal dirinya. Maka saat itu ia memutuskan ingin menitipkan putrinya pada murid kesayangannya, yakni Surinder. Ayahnya meminta Suri dan Taani menikah. Berat untuk Taani menerima keputusan itu, karena mungkin Surinder bukanlah tipikal lelaki idaman Taani. Tapi apapun itu, demi kebahagiaan Ayahnya, ia akhirnya menerima keputusan itu. Dan pun sama bagi Suri sangat berat dan segan rasanya untuk menerima dan mengiyakan permintaan tersebut. Siapalah dia, pemuda biasa yang dengan segala kekakuan, diamnnya, tiba-tiba harus menikah dengan seorang gadis secantik Taani. Sungguh ia tidak pernah membayangkan hal itu sama sekali. Satu hal yang ia sadari saat itu ialah, benar ia jatuh cinta pada Taani, untuk pertama kalinya dan pada pandangan pertama. 

Lanjut cerita, Suri dan Taani akhirnya menikah. Dan Ayah Taani-pun pergi dengan tenang. Kemudian Suri memboyong istrinya Taani ke kediamannya. Awal hubungan yang sangat kaku dan aneh. Tidak seperti kebanyakan pengantin baru yang bermesra-mesraan, mereka tidak sama sekali. Taani menjaga jarak, dan sejak saat itu dia menjadi pendiam dan tak banyak bicara. Dan Suri pun ikut menjaga jarak, karena tahu Taani tidak suka padanya, Taani menikah hanya karena memenuhi permintaan terakhir Ayahnya. Suri pun demikian, ia menerima semua itu juga demi permintaan terkahir dari Gurunya tersebut. Meskipun rasa cinta kepada Taani ada. Tapi ia bukanlah tipe orang yang agresif. Ia menerima segala sikap Taani tersebut. Dan ia tidak akan memaksa Taani untuk bertindak sebagai seorang Istri sewajarnya kepada Suami sahnya. Kalaupun ada pilihan untuk bertindak keras pada sikap Taani yang memilih mengurung diri dikamar, ia tetap akan abaikan pilihan itu. Dan memilih bersabar dengan kondisi tersebut. Ia tidak akan kasar kepada Taani, sebab ia sangat mencintai istrinya Taani. Ia tidak akan menggunakan tangannya untuk memaksa Taani. Sebab ia ingin Taani menyadari cintanya secara perlahan dan tidak terpaksa, seperti saat sekarang. 

Hari demi hari berlalu. Sikap Taani tidak jua berubah. Ia tetap pendiam. Dan mengurung diri di kamar. Sekali ia keluar adalah saat rekan-rekan kerja Suri datang ke rumahnya untuk bersilaturahim melihat istri rekan kerja mereka, Suri. Dan betapa bahagianya hati Suri saat itu, melihat Taani keluar dengan berdandan, dan melayani tamu-tamu rekan kerjanya saat itu. Rekan-rekan kerja Suri semua memuji kecantikan istrinya. Betapa melambungnya Suri saat itu. Akhirnya sedikit-demi-sedikit sikap Taani mulai berubah, dan ia mulai mengerjakan perannya sebagai seorang istri, seperti mencuci pakaian, piring, membersihkan rumah dan memasak. Meski belum sepenuhnya. Disuatu waktu, saat Taani pulang dari pasar, di jalan ia melihat pamflet berupa pengumuman pendaftaran untuk belajar dansa berpasangan. Dan kebetulan ia sangat suka menari. Dulunya. Dan pada pagi hari saat di ruang makan, ia memberitahukan kepada Suri jika ia ingin mendaftar lomba menari tersebut. Ia merasa bosan dirumah dan ingin punya kesibukan. Dan ia ingin ikut lomba menari berpasangan tersebut. Dan untuk mendaftar ia butuh uang. Saat menyampaikannya, Suri hanya diam saja. Dan Taani merasa bersalah dan meminta maaf karena sudah lancang meminta hal tersebut. Dan ternyata salah, diam-diam saat Taani mencuci piring, Suri menyelipkan uang untuk pendaftaran lomba tersebut. Dan Taani sangat merasa senang sekali.

Sadar akan perubahan yang ada pada diri Taani, apapun akan ia lakukan untuk membuat Taani kembali ceria. Taani yang suka menari, berlari, tertawa dan lincah. Ia ingin melihat Taani yang dulu lagi, persis saat pertama kali ia melihat Taani. Bukan Taani yang diam, murung dan kaku yang dia ingin, tapi Taani yang riang dan gembira. Dan pada saat inilah sahabatnya Bobi mengambil peran. Bobi adalah sahabat karib Suri, dan sudah seperti keluarga. waktu itu Bobi pernah marah-marah, memaki sambil menendang-nendang pintu gerbang rumah Suri, karena ia merasa kesal karena ia tidak diberitahu sedikitpun tentang kabar bahagia jika Suri sudah menikah dan punya seorang Istri. Bobi sang pemilik salon kecantikan. Maka timbullah ide untuk merubah sedemikian rupa penampilan Suri, dari yang sangat kaku, kolot dan kuno, menjadi Raj yang sangat kocak, lucu, banyak bicara dan terkesan blak-blakan. Dan untuk perubahan itu Suri harus rela kumis kesayangannya dibabat abis oleh mesin pencukur rambut Bobi. Dan style berpakaian Suri pun disulap, dari yang biasanya memakai kemeja lengan panjang, celana dasar, sepatu kulit, kacamata, dan rambut belah tepi, menjadi Raj yang suka memakai celana jeans, kaos oblong dan rambut yang dikasih gell dan pewarna rambut. Jadilah Suri berubah seratus-delapan-puluh-derajat menjadi seorang Raj yang punya kebiasaan mengucapkan salam perpisahan dengan menyebut, “kita musafir cinta, kita kan bertemu dijalan”. Dan itu terkesan sangat aneh bagi Suri yang biasanya tidak banyak bicara dan cenderung kaku. Maka mulailah penyamaran itu, hanya untuk membuat Taani kembali ceria. Suri sadar jika dengan menjadi Suri yang biasanya, ia tetap tidak akan mampu membuat Taani jatuh hati padanya, dan ia tidak ingin Taani kembali menjadi murung. Ia hanya ingin melihat Taani yang ceria, suka menari dan banyak bicara. Dan demi semua itu ia akan menyamar jadi Raj. Untuk itu ia memutuskan ikut mendaftar lomba menari yang juga di ikuti Taani tersebut. 

Pucuk dicinta ulampun tiba. Saat pengundian nomor pasangan, ternyata mereka berdua berjodoh untuk menjadi pasangan menari. Awalnya Suri agak kikuk berkenalan dengan Taani. Takut ketahuan. Dan berhasil menciptakan image baru dihadapan Taani, sehingga penyamaran itu bisa dibilang sangat berhasil. Taani sama sekali tidak curiga. Justru Taani sangat merasa ilfeel dengan sikap aneh Suri yang menyamar jadi Raj tersebut. Maka dimulailah sandiwara tersebut. Suri menjalani kehidupan biasanya bersama Taani. Dan sebaliknya juga menjalankan kehidupan yang tidak biasa dengan menyamar menjadi Raj di hadapan Taani. Awalnya sikap aneh Raj membuat Taani kehilangan selera untuk berduet dengannya. Tapi lama kelamaan akhirnya Raj berhasil juga menarik perhatian Taani. Dan diam-diam Taani menaruh hati pada Raj. Raj telah membawanya kepada dirinya yang dulu ceria, riang, dan banyak bicara. Saat bersama Raj, Taani merasa menjadi dirinya sendiri. Sebaliknya saat bersama suaminya –suri- ia merasa menjadi orang lain. Dan dilema pun terjadi. Disatu sisi Taani mulai menaruh hati pada Raj, tetapi apa dayanya ia telah bersuami. Dan itu amanah dari alm Ayahnya. Pada suatu keadaan, memuncaklah rasa suka Taani kepada Raj, dan pergi menemui Raj di bengkelnya. Padahal saat itu ia sedang di bioskop menonton film bersama Suri. Suri yang tidak sadar kepergian Taani, merasa kehilangan. Dan tiba-tiba ia mendapat telpon dari anak buah bengkel yang merupakan bengkel kepunyaan temannya Bobi. Langsung saja Suri menyusul Taani ke bengkel tersebut. Dalam keadaan hujan lebat. Sesampai disana ia mendapati Taani tengah berdiri sendirian. Dan terjadilah percakapan yang penuh emosional tersebut. Taani merasa sudah tidak sanggup lagi menanggung semua beban yang ada dipundaknya. Ia ingin pergi dan mencari suasana baru dengang orang yang dicintai dan mencintainya. “Jika kau tak mencintai suamimu, maka ikutlah denganku, Taani. Ikutlah denganku. “ ucap Raj dengan gemetar. Mendengar itu semua Taani terkejut dan tidak tahu harus mengatakan apa-apa lagi. Dan hanya dengan sebuah pelukan Taani menjawab ajakan tersebut. Taani menangis dalam pelukan Raj. “Bawa aku pergi Raj. Bawa aku pergi dari Sini. Ba..wa aku pergi Raj.” Ucap Taani sesegukan. “Aku berjanji setelah perlombaan menari usai, aku akan membawamu pergi jauh dari tempat ini. Aku berjanji Taani. Aku berjanji!” Ucap Raj dengan sangat emosional. 

Esoknya Suri sadar jika dia akan menepati janjinya membawa Taani pergi dari tempat itu. Membawa pergi Taani jauh dari Raj. Untuk itu dia akan mengorbankan segalanya. Termasuk identitas aslinya. Dengan itu dia akan menjadi Raj selama-lamanya. Dan mengubur identitasnya sebagai Raj dalam-dalam. Untuk itu sebagai perpisahan, dia sengaja mengajak Taani untuk bersembahyang dan berdo’a di kuil sungai gangga. Dan saat berdo’a, Suri mendoakan kebahagiaan untuk Taani. Sebaliknya Taani berdo’a agar Suri memperlihatkan wajah aslinya kepadanya. Selama ini ia tidak melihat Tuhan pada diri Suri, justru ia melihat Tuhan dalam versi berbeda pada diri Raj. Tuhan yang membuat ia tertawa, bernyanyi, menari dan gembira. Dan saat ini ia berdo’a agar diperlihat Suri yang sesungguhnya. Dan sesaat kemudian ia membuka matanya perlahan, dan melihat Suri mendekat kearahnya, sehabis membasuh kepalanya dengan air sungai gangga. Dan saat itulah pertama kalinya mereka benar-benar saling bersitatap muka dengan nuansa berbeda, dan saat itu pula Taani bisa melihat Tuhan dalam diri Suri. Suri yang sesungguhnya. Dan ini akan menjadi pembeda antara Suri dengan Raj.
Esok hari di malam final lomba menari berpasangan, sebelum naik ke panggung menunggu giliran tampil, Taani berbicara pada Raj dan mengungkapkan isi hatinya.

“Maaf Raj. Maafkan aku. Aku tidak bisa ikut denganmu. Aku tidak bisa meninggalkan suamiku. Disatu sisi kau membuat aku merasa berbeda dan membuat aku kembali menjadi diriku yang dulu. Tapi disisi lain, ia suamiku, ia yang menggenggamku saat aku sendiri. Aku melihat Tuhan dalam diri suamiku. Aku melihat Tuhan dalam dirinya, Raj. Maafkan aku…” ucap Taani meneteskan air mata. Raj bungkam, tak dapat berkata apa-apa. Ia terharu. Matanya berkaca-kaca.
Sementara setelah percakapan itu, tibalah giliran mereka –Raj dan Taani— untuk tampil. Taani sudah lebih dulu naik ke atas panggung, tapi Raj kemana, dia tak kunjung muncul. Setelah berapa kali di panggil pembawa acara. Dan Taani mengatakan kepada Mc, jika pasangannya tidak bisa hadir dan rela jika harus di diskualifikasi dari perlombaan ini. Sesaat Mc akan mengatakan hal itu, tiba-tiba terdengar gemuruh tawa tertahan dari para penonton, seperti  sedang melihat sebuah kelucuan di tengah kegelapan panggung. Ya dari kejauhan terlihat Suri tengah berdiri kaku dengan style biasanya, ia terlihat sama sekali bukan seperti penari yang ikut lomba, tapi lebih seperti petugas karcis gedung pertunjukkan. Melihat itu Taani terkejut. Ia tak menyangka justru malah yang muncul adalah Suri, suaminya. Bukannya Raj. Teman duetnya. Dengan percaya diri Suri membunuh rasa malu dan canggungnya dan perlahan menuju tengah panggung. Dan bersiap memulai gerakan-gerakan tarian yang selama ini ia berlatih bersama Taani, sebagai seorang Raj. Dan mereka menari dengan lincahnya sesuai dengan latihan mereka selama ini. Dalam setiap gerak tarian, dan raut muka Suri, maka terbayanglah semua tingkah dan keanehan yang diperlihatkan oleh Raj selama ini. Ternyata Suri adalah Raj. Dan Raj adalah suri. Mereka sama. Tapi berbeda karakter. Alangkah terkejutnya Taani saat itu selama menari di atas panggung. Dan saat selesai menari, mereka mendapat applause yang meriah dari para penonton.   

“ Kau bohong Raj. Kau berbohong!” ucap Taani menahan isak.
“ Tidak Taani. Tidak. Aku mencintaimu. Sejak pertama kali melihatmu. Sumpah demi Tuhan, ini cinta sejati, Taani. Kau tak harus percaya, tapi ini kenyataannya.” Ucap Suri menatap istrinya tersebut.
Taani yang masih merasa seakan tidak percaya dengan semua ini, menangis tak tertahan. Ia merasa Suri terlalu baik kepadanya. Ia tidak meminta apa-apa, menginginkan apa-apa, tapi Suri memberi segalanya, dengan ketulusan tak terkira.  Ia merasa bersalah atas semua ini.
“ apa ini?” ucap Suri menyeka air mata Taani.  Jangan pernah meneteskan air mata, Taani. Aku tidak ingin melihatmu bersedih. Aku ingin melihat Taani yang gembira, ceria, tertawa, suka menari. Untuk itu jangan menangis lagi. Mereka berpelukan erat. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Tak henti-hentinya Suri mengucapkan itu kepada Taani. Dan pelukanlah yang menjawab segalanya.

Noted * Surinder yang pendiam, apa adanya, kaku dan kolot. Raj yang bergaya, banyak bicara, ceria, dan kocak. Dilema ada pada seorang Taani, apakah ia memilih tetap setia bersama suaminya, atau menuruti egonya pergi bersama Raj. Taani yang melihat Tuhan dalam diri Raj dengan versi yang berbeda, penuh tawa, canda, bahagia. Dan disatu sisi ia melihat Tuhan dalam diri Suri dalam versi yang berbeda juga. Suri yang pendiam, kaku dan apa adanya. Tapi itulah kekuatan cinta sejati. Cinta sejati tanpa ego, tanpa pamrih, tidak neko-neko. Dan ia melihat cinta sejatinya ada pada Suri (suaminya) yang menggenggam tangannya saat ia seorang diri setelah kepergian almarhum ayahnya. Dan ia juga setia menjaga amanah dari ayahnya tersebut. Dan akhirnya Taani memilih tetap bersama Suri –suaminya- yang apa adanya. 

Saat  kau berbicara tentang cinta, cukuplah kau menemukan alasan, jika kau melihat Tuhan pada diri orang yang kau cinta. Cukup. Tidak akan ada alasan lainnya. Jika kau melihat Tuhan pada sesuatu yang kau lihat, maka hanya akan kebaikan semata, tanpa prentensi, pamrih dan hanya ada keapa-adaan.  Maka seketika kebencian, ego, kesakitan, kekecewaan, itu tidak akan ada, tenggelam dalam lautan cinta yang sesungguhnya. Katakanlah pada Ibumu, Ibumu, Ibumu, Bapakmu, kakakmu, adikmu, sanak familimu, teman-temanmu, jika kau melihat Tuhan dalam diri mereka. Maka hanya akan ada ketulusan dalam cinta tersebut. Kau melihat Tuhan pada segenap ciptaan Tuhan, tumbuh-tumbuhan, binatang, batu, tanah, dan semua yang fana di dunia, jika itu terjadi, maka tidak aka nada kerusakan di muka bumi ini. Yang ada hanya cinta kepada sesama. 

Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Qs  Al Baqarah: 115

Tidak ada komentar:

Posting Komentar