kala bulan kutatapi seperti seonggok bara, seolah-olah langit ingin
mencair lalu melumuriku dengan bergelimang dosa. kemudian satu persatu
sayap-sayap malaikat seperti hendak meranggas, lalu para bidadari
berhenti tertawa sembari menulis puisi sakit hati, apakah ini namanya
kiamat paling sepi, atau sepeninggal almarhum sunyi. dan semua serba
tidak pasti. sepertinya kau dan harapan-harapanmu adalah sebatas ilusi
dan jangan harap lebih dari ini, tetaplah diranah ilusi karena disanalah
tempat kau bisa berdiam diri tanpa harus membenci sebuah kata pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar