Rabu, 11 Juni 2014

Hasrat




Sudah, sudahlah duhai Kekasih, berhentilah menyimak irama detak jantungku, ini tak berkesudahan, esok kian menjelang, malam kian tenggelam, hanya kita yang masih terjaga menikmati sisa-sisa pergumulan rasa, rebahkan kepalamu didadaku ini Kekasih, pejamkan mata indahmu itu, biarkan rambutmu tergerai lepas di ranjang hasrat ini, aku sedia menjaga nyala api cinta kita, meskipun sang embun nanti hendak mendinginkannya, tapi apalah daya, aku tengah dimabuk cinta, semata nyala, gemeletuk gigi membentuk irama, kau rebah, aku memilah, di pagi yang mana kita memulainya lagi?
Sehangat napasmu mengalir, membuat gigil detak jantungku ini, Kekasih, kemana hendak kusembunyikan gelegak rasa ini, jika bukan pada riuh-rendah serak-basah gemuruh hasratmu yang seperti hendak memecah sunyi di gelanggang sukma lara, tempat para insan terbakar gelora api cinta asmara.
Kecupan kita berdua, Kekasih, ada diantara dua bibir dunia, tak mengenal perantara, jarak terhapuskan gelora, ada gemetar kusimpan dibalik pegunungan rasa, kita tak berdaya, melawan apa-apa yang menjadi penanda seusai kita bersenggama. Dan pagi buta adalah saksi terakhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar