Sabtu, 15 Juni 2013

Terima Kasih , Guru.

Terima kasih Guru. Guruku bernama Darwis “Tere Liye”. Ah… sungguh lancang kiranya aku memanggil dan menganggapmu sebagai seorang guru. Guruku. Apa kata dunia, jika engkau mengangkat seorang murid dan muridnya seorang pemuda galau seperti diriku. Apa jadinya. Tak apalah engkau tak mau mengangkat aku menjadi muridmu, tak apa juga engkau tak sudi aku anggap sebagai seorang guru. Tak seperti selayaknya seorang murid yang tengah belajar pada gurunya, saling bertatap muka, saling bertukar fikiran, mendengar nasehati dan menerima ilmu. Dan tak seperti seharusnya seorang murid yang tengah duduk takzim mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut bijak sang gurunya. Memang kenyataannya tidak seperti itu. Dan itu seperti mimpi di siang bolong. Tapi tentu saja aku tengah berguru padamu, lewat tulisan-tulisanmu, lewat buku-bukumu, lewat pemahaman-pemahaman bijakmu perihal hakikat perasaan, cinta, kehidupan dan apa-apa yang telah engkau sederhanakan lewat ide-idemu yang menawan. Dan aku berguru lewat semua itu. Secara tidak langsung aku tengah berguru padamu. Meski tak lewat kasat mata. Tanjung pinang 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar