Senin, 15 Juli 2013
Duka diperjalanan…
Dari kejauhan lampu lalu lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Seorang pria sebut saja ”Jack”, segera menekan pedal gas kendaraannya, ia tidak mau terlambat, apalagi perempatan cukup padat sehingga lampu merah menyala cukup lama.
Lampu berganti kuning, hati jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus jalan?
“Ahh… aku tidak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak …” Pikir jak sambil terus melaju.
Tapi tiba-tiba ia mendengar suara peluit dan di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack-pun menepikan kendaraan sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu dan tak lain adalah Bobi, teman mainnya semasa sma dulu. Kemudian Jack melompat keluar sambil membuka kedua lengannya, sambil berkata ;
“ Haloo Bob … senang sekali bertemu denganmu lagi teman.” Sapa Jack dengan hangat.
“Halo Jack.” balas Bobi dengan dingin.
“Haduuh… sepertinya aku melakukan kesalahan lagi, teman. Aku memang sedang agak buru-buru Bob. Maklumlah hari ini istriku ulang tahun. Dia dan anak-anak sudah mempersiapkan segala sesuatu dirumah, dan tentunya aku tidak boleh terlambat sampai dirumah.”
“Aku paham, Jack. Sebenarnya aku sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini. Sekarang berikan sim-mu Jack.” jawab Bobi. Dan kemudian ia menuliskan sesuatu disurat tilangnya.
Melihat sikap Bobi yang dingin, Jack masuk kedalam mobil dan memandangi wajah Bobi dengan gurat kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit, cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya.
Jack mengambil surat tilang yang di selipkan Bobi disela kaca jendela mobilnya. Tapi ternyata sim-nya dikembalikan bersama sebuah nota tulisan tangan Bobi yang isinya adalah ;
“Halo Jack. Tahukah kau, aku dulu punya seorang anak perempuan. Anak yang sangat menggemaskan. Sayang, ia sudah meninggal ter-tabrak pemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara tiga bulan. Begitu bebas pengemudi itu bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi, sedangkan anak kami satu-satunya telah tiada. Kami terus berusaha dan berharap agar Tuhan mengkaruniai lagi seorang anak, agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi tersebut, betapa sulitnya, Jack. Sungguh betapa sulitnya untuk menyediakan sedikit ruang maaf di dalam dada kami ini. Begitu juga kali ini. Maafkan aku teman. Doakan agar permohonan kami terkabulkan, berhati-hatilah dijalan. Salam … Bobi.”
Setelah membacanya Jack terhenyak dan langsung mencari bobi, tapi ia sudah meninggalkan pos. Dan sepanjang jalan pulang ia mengemudi dengan perlahan, dengan hati tak menentu, sambil berharap kesalahannya dimaafkan. Dan tiba-tiba jalan raya yang ia lalui menjadi sepi. Hanya tingga ia seorang diri yang tengah mengemudi dengan gurat wajah penuh penyesalan.
Tidak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi tawa kita tidak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.
*cerita ini mungkin banyak versinya, yang saya ceritakan ini versi dari salah satu radio swasta yang setiap malam dalam waktu tertentu menceritakan ini pada satu segmen acaranya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar