Rabu, 11 Maret 2015

Perihal Ad-Diin (Agama)



Rasulullah saw mengisyaratkan bahwa Agama (Islam) seperti sebuah bangunan besar. Dan untuk memasuki dan mengenali (memahami) isi dari bangunan besar tersebut butuh waktu dan proses yang panjang. Rasulullah saw mengatakan lagi, masuklah ke dalam Agama secara perlahan, jika tidak akan terpatahkan. Sangat penting untuk memahami Agama secara komprehensif, tidak sepotong-potong dan secara utuh (kaffah).
Dan yang akan memperkenalkan Ad-Diin (Agama) itu sendiri adalah Allah sendiri. Bukan ulama, bukan mursyid, bukan ustad dan bukan orang lain. Tetapi Allah sendirilah yang akan memperkenalkannya kepada kita semua yang benar-benar jujur dan tulus mengharapkan ridha-Nya semata-mata, bukan untuk tujuan-tujuan tertentu. Hanya mengharapkan wajah Allah, tidak hal selain Allah. Maka nanti secara perlahan akan dibukakan dengan sendirinya. Jika tujuan kita benar-benar Allah semata maka akan dibukakan, tapi jika tujuan kita selain Allah maka akan tersesat dan Allah-pun akan membiarkan kesesatan itu terjadi.  

Ad-Diin itu sendiri berkaitan dengan tiga hal, yakni:

1.      Tauhid. Erat kaitannya dengan ilmu kalam dan dengan berbagai macam pula mazhabnya. Perkara tauhid itu sendiri mengenai: mengesakan Tuhan, mentauhidkan Tuhan, mengahadkan Tuhan.  

2.      Fiqh. Erat kaitannya dengan perkara syariat lahir, seperti, tata cara shalat, puasa, dan lain-lain. Dan dengan sekian banyak mazhabnya pula. Ada mazhab Syafi’i, mazhab Hambali, Maliki dan ada juga Imam Mansyur.

3.      Tasawuf. Enaknya tasawuf itu bebas dari mazhab. Terserah dari mazhab manapun bisa masuk ke tasawuf asalkan sumbernya jelas. 


Tiga pilar Ad-Diin:

1.      Al-Islam. Terkait dengan perkara syariat/fiqh.
2.      Al-Iman. Terkait dengan perkara tauhid.
3.      Al-Ihsan. Terkait dengan perkara tasawuf.

Tulisan ini akan saya tutup dengan kisah nyata yang bermuatan hikmah ketika Jibril a.s bertemu dan bertatap muka dengan Rasulullah saw untuk bertanya tentang tiga perkara. Kisah ini terdapat dalam hadist riwayat Muslim:

Ayahku Umar bin Khatab menceritakan kepadaku sebagai berikut: Pada suatu hari ketika kami sedang berada di sisi Rasulullah saw, sekonyong-konyong muncul di hadapan kami seorang laki-laki berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Tidak terlihat padanya bekas perjalanan dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia langsung duduk di dekat Nabi saw lalu menyandarkan lututnya ke lutut Nabi saw dan  diletakkannya kedua telapak tangannya pada kedua pahanya. Dia berujar, “Ya Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam”, jawab Nabi saw, “Islam adalah mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad Rasulullah, yang kedua mendirikan shalat, yang ketiga membayar zakat, yang keempat puasa ramadhan, dan yang kelima haji ke baitullah jika engkau sanggup melaksanaknnya.” lalu orang itu berkata, “Engkau benar.” Kata Ayahku, kami heran melihat orang itu, dia yang bertanya tapi dia pula yang mengatakan benar, kemudian orang itu berkata pula, “Terangkanlah kepadaku tentang Iman,  jawab Nabi saw, “Iman adalah, pertama iman kepada Allah, kedua iman kepada malaikat Allah, ketiga iman kepada kitab-Nya, keempat iman kepada rasul-Nya, kelima iman kepada qadar-Nya yang baik ataupun buruk.” kata orang tersebut, “Engkau benar.” Kemudian orang itu berkata pula, “Terangkanlah kepadaku tentang Ihsan,” jawab Nabi saw, “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, sekalipun engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.” lalu katanya pula, “Terangkanlah kepadaku tentang kiamat,” kata Muhammad saw, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” orang itu berkata lagi, “Terangkanlah kepadaku tanda-tandanya,” lalu Rasulullah saw menjawab, “Apabila hamba sahaya perempuan telah melahirkan majikannya, dan apabila orang-orang dusun yang melarat telah bermewah-mewah di gedung-gedung nan indah.” Lalu berkata Ayahku, kemudian orang itu berlalu, tetapi tidak lama setelah itu Rasulullah saw bertanya kepadaku, “Tahukah engkau siapakah gerangan yang bertanya itu? jawabku, “Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih tahu.” Sabda Rasulullah saw, “Dia adalah Jibril, dia datang kepadamu mengajarkan agamamu.” 

( Disarikan dari kajian serambi suluk yang diampu oleh Zamzam AJT )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar